Padus?! Makanan Apa Tuh?

“Ryan, mau ikut padus ga? Kita lagi butuh anak cowo nih”
ya, seperti itulah kira2 kata-kata ajaib yang mangubah hidup gue (lebay). Entah siapa yang mengucapkannya gue lupa. Pokoknya itulah awal dari gue memasuki kehidupan baru bernama PADUAN SUARA.
Jadi di sekolah gue tuh ada ektrakulikuler yang bernama PADUAN SUARA GITA TUNGGAL CRESSCENDO (PSGTC). Sejauh yang gue tau, ini ekskul tuh isinya ya orang2 yang memang dianugrahi tuhan untuk mempunyai suara yang bagus2. Pertama kali diajak, gue agak minder juga karena suara gue yang pas2an (sumpah ga ada yang bisa dibanggain dari suara gue ini). Tapi muncullah pendorong semangat dalam jiwa gue untuk memasuki ekskul itu.
  1. banyak temen2 gue yang diajak juga. Mereka adalah HARASHTA HANIFA, ALDI VIKANA, YUDHISTIRA ADITYA, NAUFAL ABDILLAH, REZKA AUFAR dan STEFAN ANDREAS. Dan mereka pada mau ikut. Jadi, seengaknya kan gue ada temen yang baru ikut juga tuh disana.
  2. “ikut aja bego yan. Cul2an aja”
    Iya juga sih. Ikut2 aja ya.. Kan bareng temen2 juga tuh. Jadi seru2an aja disono; pikir gue waktu itu.
  3. KATANYA NIH, cewe padus itu CAKEP2. yaa namanya juga lelaki yang normal. Kalo ada cewenya, pasti semangat dah. hehe. Lagian, gue mikir juga. Ekskul gue tuh: 1, futsal, kaga ada cewenya sama sekali. 2, marawis, cewenya cuma satu. Itu juga dicekal sama anak rohis. 3, Satu Musikku (ekskul band), cewenya kaya senar bass. 4, kopsis, cewenya bisa diitung pake jari. hidup gue hampa banget ya ikut ekskul isinya batangan semua.
    4. Oh iya. Kenapa sih paduan suara ini butuh anak cowo? Soalnya PSGTC ini bakal mengikuti Festifal Paduan Suara tingkat nasional di ITB. Dan makhluk pria yang ada pada waktu itu masih kurang banget untuk berkompetisi di lomba tingkat nasional. Jadinya bertambahlah semangat gue buat ikut nih padus, dan malah alesan yang paling mendorong gue jungkir balik disitu;
  4. NYOBAIN KEJUARAAN TINGKAT NASIONAL!!
Gue terimalah ajakan untuk masuk ekskul ini, dan mulailah diri gue tercemplung kedalam dunia perpaduan-suaraan.

Awal latian sama anak2 yang baru pada masuk, gue masih ada di Jogja. Karena waktu itu emang lagi liburan semester.
“seru yan. Tapi rada2 ribet juga. Cepet pulang lo”
kurang lebih begitulah sms HARASHTA HANIFA ke gue. Wah, jadi pengen cepet2 latihan nih gue jadinya.
Sepulangnya ke Depok. Gue masuk rumah, cuci kaki, beresin barang2, terus tidur (oke ga penting). Nggak lama setelah gue pulang dari Jogja. Mulailah gue LATIHAN PADUAN SUARA UNTUK PERTAMA KALINYA. Waktu itu terjadi sekitar akhir Desember tahun 2009.
Awal latihan, gue udah ngaret (haha). Terus gue ketemu sama kakak kelas yang udah lulus. Yang akhirnya, setelah selama gue di kelas 1 sering liat mukanya, gue tau juga kalo dia punya nama NORMAN HENDRAWAN.
Lalu temen gue yang emang anak padus tulen bernama RUTH JUNITA berkata “tes placement dulu ya yan sama ka norman” WADUH. Apa2an nih. Baru masuk udah di tes aja. Tadinya gue mw ijin pura2 ke kamar mandi, terus pulang. Ga jadi ikut ini padus.
Tapi tenang, ternyata itu adalah tes untuk mengetahui gue pasnya di bagian suara mana. Karena di padus itu ada 4 suara dasar. Yaitu SOPRAN, ALTO, TENOR, dan BASS. Di tes lah gue sama ka Norman ini. Sama dia, gue disuruh lari keliling lapangan, push-up 50x, sit-up, guling-gulingan, back-roll, tiger-sprong (oke, ini bohong)
Singkat cerita, gue masuk di bagian BASS. Dan dimulailah latihan pertama gue yang (masih) menyenangkan.

Dilatihan yang kedua, tiba-tiba datang sesosok pria bertubuh besar. Kulitnya sawo matang. Mukanya bulet. Ga jauh beda sama perutnya yang terlihat seperti perut-perut para pejabat kaya di negeri ini. Gue bingung tuh, ngapain nih padus datengin badut? Apa dufan lagi promosi ya? Pas gue Tanya HARASTHA HANIFA, “dia pelatih bego”. Ooh. Dia ternyata adalah salah satu dari orang yang melatih di PSGTC. Orang yang ternyata mengubah hidup gue. Cara pandang gue dalam menghadapi suatu masalah. Teman sekaligus orang tua buat gue. Namanya DANIEL REZA ADRIANSYAH.
hehe, kaya foto" penampakan teroris ye. maap niel sengaja
Ya, hidup gue jadi berubah seketika. Di hari sabtu yang biasanya gue bangun semau-gue. Gue jadi mesti dateng ke sekolah jam 9 pagi. Itu tuh udah sangat pagi menurut versi gue pada waktu itu. Dan latiannya juga ga maen2 coy, rata2 kita latihan dari jam 9 sampe jam 3 sore. 6 JAM!! Kalo kata anak2 alay sih: “HuFTh cAPe deCHH”.
Di ITB nanti, kita cuma bakal nyanyiin 4 lagu. Tapi latihan dimulai pada bulan Desember, sedangkan lombanya diadakan pada bulan JULI. Hahaha, bingung kan lo? Latihan 6 bulan cuma buat 4 lagu? “HuFTh cAPe BeuuDH deCHH”. Tapi memang begitulah kenyataannya. Dan sekarang gue tau alasan utama selain emang persiapan yang mesti matang; BIAYA!! Biaya yang dibutuhin buat ngikutin Lomba di ITB itu buanyaaaak banget. 30 JUTA!! Kami wajib, kudu, harus mengumpulkan receh demi receh sampai 30 juta itu bisa terkumpul.
Dapet dari mana tuh duit?
Nah, selain kita nyari dana sendiri seperti ngamen, mulung, minta donator, dll; ternyata paduan suara ini memang sudah punya rencana jahat. Rencananya adalah kita bakalan mengumpulkan para orang tua, kakak, adik dan teman2 kita sendiri disuatu tempat. disana, kita bakal menghipnotis mereka dengan cara bernyanyi. Lalu setelah itu kita todong mereka supaya mengeluarkan semua uang miliknya. Haha. Jahat bukan? Dan acara jahat itu kita samarkan dengan nama KONSER. Di konser itu kita berencana nyanyi 18 lagu. Yaa jadi emang pantes persiapannya selama itu.

Ditengah perjalanan, temen2 seperjuangan gue berguguran satu per satu. Mereka adalah HARASHTA HANIFA, NAUFAL ABDILLAH, YUDHISTIRA ADITYA dan disusul kemudian oleh ALDI VIKANA. Mereka keluar karena berbagai macam alasan. Dan alasan yang paling jelas adalah; Latihan padus yang menyiksa itu.
Tinggallah 3 pria gagah berani yang masih berjuang dijalan yang benar; GUE, REZKA AUFAR dan STEFAN ANDREAS. Dan karena kami sama2 di bagian bass (pas latihan bareng2 terus), jadi kami menjadi sangat dekat satu sama lain. Sehingga seperti sudah tidak ada batasan diantara kami. Kami sudah lebih dari sekedar teman biasa. Entah mengapa, setiap malam gue selalu memikirkan mereka berdua (oke, ini udah kelewatan, sebenernya gue cuma pengen jelasin yang tersisa tinggal gue, reska, sama stepan doang kok) Anak cowo yang cabutan ternyata bukan gue sama temen2 gue doang. Ade kelas gue pun ada yang ikut cabutan. Mereka cuma dua orang, KEVIN SIMBOLON dan DANI EKAPUTRA. Jadilah kami ber-5 anak cabutan yang bahagia.

Ternyata, kalo pengen ikut lomba di ITB ini, kita ga bisa langsung daftar, terus ikut. Nggak. Namanya juga tingkat nasional. Jadi mesti ribet2 dulu lah.
Pertama kita mesti ngirim lagu rekaman kita dulu, nah, terus rekaman dari seluruh Indonesia itu bakalan dipilih, siapa aja sekolah yang berhak ikut. Atau bahasa gampangnya, DISELEKSI.
Jadwalnya, kita bakal rekaman tanggal 20 Februari 2010. tapi seminggu sebelomnya, kita work-shop dulu ke paduan suara kampusnya DANIEL, PERBANAS. Buset, disitu gue baru denger suaranya paduan suara yang asli. Mantep banget cooooy. Gue ga bisa jelasin dengan kata2 deh. Yang bisa gue bilang, mereka itu pada baru pulang dari Itali. Disono mereka menang juara 1 Lomba Paduan Suara (yaiyalah. Masa menang lomba balap karung).
Jadi ya bayangin aja suaranya kaya gimana. Anak2 pada bengong2 pas dengerin mereka nyanyi. Lalu kita diajarin cara nyanyi yang baik dan benar. Wah pokoknya mantep deh.

ini abis kita dilatih
Datanglah tanggal 20 Februari., yang juga tanggal ulang tahun gue (hehe). Jadwalnya kita rekaman jam 9 pagi. Tapi gue baru tidur sekitar jam 4 gara2 gue nginep disekolah buat ngurusin AKSI (di tulisan yang lain akan gue jelaskan apa itu AKSI). Operator rekaman kita pada waktu itu adalah temen gue sendiri, ESA TRISAPUTRA. Dia adalah salah satu penolong keuangan kami, karena dia mau ngerekam, tapi ga dibayar. Sedangkan bila kita rekaman di studio-studio musik, bakalan ngabisih dana beratus-ratus ribu rupiah.
Gue dateng sekitar jam 10 (hahaha). Dan gue kaget karena begitu gue dateng, anak2 langsung pada nyanyiin lagu ‘selamat ulang tahun’ (hiks jadi terharu).
Tapi bukan hanya itu yang bikin gue kaget. Dipikiran gue kan rekaman itu bakalan ada banyak mic yang dipasang dengan benar ke stand-mic. Tapi yang gue lihat waktu itu adalah mic2 yang dipasang dengan seadanya ke ujung SAPU. Ya, karena nggak ada stand mic. ESA TRISAPUTRA memakai SAPU sebagai penggantinya. Kreatif memang anak ini.
Kami rekaman 2 lagu, DAHIL SAIYO dan SING A SONG OF SIX PENCE. Kita ngetag lagunya beberapa kali sampai DANIEL rasa, lagunya sudah bagus.
Lagunya kita kirim ke Bandung. Sedangkan kita terus latihan sambil berdoa supaya kita bisa lolos ke ITB.

Pagi yang ditunggu2 pun tiba. Seinget gue, MERINA ADITYA lah yang pertama kali ngasih tau gue dengan mukanya yang lucu dan lugu itu (sepk)
“Yaaan kita masuk ITB…..!!”
perasaan senang singgah dihati gue. Yes, akhirnya nyobain juga nih lomba tingkat nasional. Tapi ternyata gue ga tau kalau dengan begitu, dimulailah masa2 latihan yang membosankan, menjengkelkan, dan memuakkan. Masa2 nyari dana sampe malem2. dari mulai ngamen sampe mulung2 botol bekas. Masa2 marahan, nangis-nangis, dan berdarah-darah. Masa2 yang gue benci banget.
Sekaligus masa2 yang sekarang malah gue kangenin..

udah dulu ah, cape nulisnya,
(ceritanya) BERSAMBUNG…

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka Untuk Mas Admin @Hitsbiruhitam

Gambar
Halo Mas (saya asumsikan laki-laki). Gimana IP puasanya? Lancar? Mungkin kita saling mengenal, bisa juga tidak. Tapi itu ga penting, saya juga ga kepo Mas itu siapa. Saya cuma ingin mencurahkan isi kepala. Biarlah saya berbicara dengan status Mas sebagai anonim. Ad hominem (argumen yang menyerang karakter atau sifat orangnya, bukan idenya) merupakan salah satu tipe sesat pikir yang basi dan memang seharusnya dijauhkan. Jadi biarpun seandainya Mas itu gay, saya tidak mendiskreditkan ide Mas hanya karena orientasi seksual Mas berbeda dengan saya. Jujur saja, awal kemunculan akun Instagram @hitsbiruhitam itu membawa gairah buat saya. Hits. HITS!! Bukan ganteng, cantik, elok, molek, rupawan, singset, bohai, atau preferensi perawakan lainnya. Mungkin memang pemakaian kata ‘Hits’ itu paling aman digunakan di Mipa ya Mas. ‘Hits’ tidak banyak memiliki potensi untuk menimbulkan polemik dibandingkan bila memakai kata lain, semisal: cantik. Waduuhh. Bahaya itu Mas. Lihat saja akun ‘cant...
Baca selengkapnya

Tersangka Kisruh Akang Batman

Gambar
Sebenarnya saya orang yang humble : maju diam-diam, mundur pun tanpa pesan. pun ketika semester kemarin saya dicurangi dianggap mengundurkan diri dari proses pencalonan sebagai Ketua BEM UI bersama @Hadimandi, saya tidak banyak berkoar. Saya legowo . Nerimo , tanpa bikin pesan video di YouTube untuk pendukung saya seantero kampus dan bilang keadaan di UI sedang dalam kondisi memprihatinkan. Tapi untuk “ Kisruh Akang Batman ” kali ini mau tak mau saya harus bertindak. Bukan untuk mencoba menggulingkan Ketua BEM UI sekarang. Tidak, tidak. Saya bukan anggota Barisan Sakit Hati. Saya bukan tipe pendendam seperti itu. Kali ini saya bertindak karena melihat ada hal luar biasa absurd. Hal yang kurang pantas terjadi layaknya peristiwa mati lampu saat malam pengumuman Mapres UI selasa lalu. Dalam screencapture grup Akang Batman yang menyebar, nama Raditya Pranadi dipampang jelas tanpa sensor. Ini jelas pencemaran nama baik di depan publik!! Nomor teleponnya pun ikut terpampang jelas,...
Baca selengkapnya

Hampir Aja Gue Masuk Koran

Gambar
Cerita ini terjadi sekitar tahun 2003. Waktu itu gue masih duduk dengan manis di kls 5 SD. Dan cerita ini terjadi pada waktu negara ini belum tertata dengan benar. Waktu itu bulan ramadhan. Biasalah, abis sahur gue ga tidur lagi. Gue tadarusan, sholat, bantuin orang tua, beribadah (orang yang kenal gue pasti tau ini bohong apa nggak. Haha). Dan ini adalah hal rutin yang biasa gue sama temen2 gue lakukan; perang sarung, maen petasan, kalau nggak jalan2. malah biasanya ketiga hal itu dilakukan secara bersama-sama. Disuatu pagi yang agak basah (karena malamnya abis hujan), temen gue dengan entengnya mengusulkan “ke Cilebut aja yuk!!” semuanya meng-iya-kan. Karena itu memang hal yang biasa dilakukan waktu gue kecil. Ya, temen-temen gue sangat BOLANG. Bagi kami, kereta adalah alat transportasi merakyat. System per-kereta-apian pada waktu itu masih membuat penumpangnya untuk bisa tidak bayar sepeserpun. Apalagi buat anak kecil bertampang lugu seperti kami. Kami pun berangkat. Kami jala...
Baca selengkapnya