Hampir Aja Gue Masuk Koran

Cerita ini terjadi sekitar tahun 2003. Waktu itu gue masih duduk dengan manis di kls 5 SD. Dan cerita ini terjadi pada waktu negara ini belum tertata dengan benar.
Waktu itu bulan ramadhan. Biasalah, abis sahur gue ga tidur lagi. Gue tadarusan, sholat, bantuin orang tua, beribadah (orang yang kenal gue pasti tau ini bohong apa nggak. Haha). Dan ini adalah hal rutin yang biasa gue sama temen2 gue lakukan; perang sarung, maen petasan, kalau nggak jalan2. malah biasanya ketiga hal itu dilakukan secara bersama-sama.
Disuatu pagi yang agak basah (karena malamnya abis hujan), temen gue dengan entengnya mengusulkan
“ke Cilebut aja yuk!!”
semuanya meng-iya-kan. Karena itu memang hal yang biasa dilakukan waktu gue kecil. Ya, temen-temen gue sangat BOLANG. Bagi kami, kereta adalah alat transportasi merakyat. System per-kereta-apian pada waktu itu masih membuat penumpangnya untuk bisa tidak bayar sepeserpun. Apalagi buat anak kecil bertampang lugu seperti kami.

Kami pun berangkat. Kami jalan dari sekitar rumah gue di jalan Cendrawasih (belakang bangor) sampai stasiun kereta api Depok Baru (dulu orang2 masih suka pada jalan ya. Sekarang mw pergi 10 meter aja naek motor -.-). Disana kami menunggu kereta yang akan membawa kami ke Cilebut. Kami menunggu agak lama. Dan secara tidak sengaja kami bertemu salah satu tetangga kami yang akan berangkat kerja. Namanya Mas Junet.
“waaahhh pada mw kemana nih? Jalan jauh2. Bilangin bokapnya lhooo”
konflik pun terjadi diantara kami. Sebagian ada yang ingin pulang karena takut Mas Junet bilang2. sebagian lagi masa bodo karena berfikir bahwa dia hanya menggertak saja (kalo sekarang gue inget2 mah. doi ya cuma bego2in kita doang. Namanya juga sama anak kecil. Gampang diboongin)
tapi nggak ada 1 menit abis Mas Junet ngomong, kereta tiba. Sehingga kami harus memutuskan dengan cepat apakah kami berangkat atau tidak.
“udah jalan aja, udah tanggung”
kami semua menaiki kereta itu dan melupakan kejadian tadi.

Setibanya di Stasiun Cilebut, kami turun dari peron menuju arah perumahan di depan Stasiun itu. Kami berjalan sekitar 5 menit dan tibalah pada tempat yang sebenarnya kami tuju selama ini, KALI CILIWUNG!!

Itu untuk sekian kalinya kami kesana. Pada kunjungan kami sebelum2nya, kami memang puas bermain air di tempat itu karena memang tempatnya yang strategis. Sungainya lebar, banyak batu2 kali-nya, lumayan cetek, lumayan sepi, dan airnya masih bersih pada waktu itu.
Badan kami biasanya hanya ditutupi celana dalam. Malah ada yang telanjang bulet. Dan permainan yang paling kami suka disana adalah MARCO POLO.
Jadi salah satu teman gue pura2 tenggelam. Dan sisanya, dengan gagah berani, pun pura2 menyelamatkannya.
Sayangnya, pada kunjungan kali ini kayanya kita nggak bisa main MARCO POLO. Soalnya air yang biasanya hanya sebatas pinggul, sekarang menjadi se-dada. Aliran sungai pun bertambah deras. Mungkin karena hujan yang turun kemarin malam. Jadi kami memutuskan hanya bermain di dekat bebatuan yang dangkal.

Selang beberapa waktu kemudian. Kejadian itu pun terjadi.
Jadi ada 2 temen gue yang berperan penting dalam kejadian ini. Mereka diberi nama oleh ayahnya masing2 dengan nama SULI BAHARI dan WAHID FURQON.
Kejadian bermula ketika SULI dengan antengnya bermain kapal2an di antara 2 buah batu yang berdekatan kurang lebih sekitar 1 meter. Ke dua buah batu itu menghasilkan aliran sempit yang deras diantara keduanya. SULI dengan lugunya menahan sendalnya sendiri di tengah aliran itu, sehingga bisa menghasilkan efek seperti kapal yang sedang berjalan.
Gue pun duduk tak jauh darinya. Memperlihatkan ke-tidak-pentingan-nya dengan seksama.
Insiden dimulai. FURQON sebenarnya hanya berniat meloncati ke dua batu tersebut. Tapi sayang, tuhan berkehendak lain. Secara tidak sengaja, kaki FURQON tersandung tangannya SULI dan FURQON pun terjatuh di aliran sungai yang dalam dan deras.
Pertama kali gue liat, gue kira FURQON lagi maen MARCO POLO. Nih anak, udah kalinya deres, masih aja maen marco polo. Tapi yang gue liat, lama2 FURQON tenggelam. Terus tenggelam. Dan tenggelam sampai cuma tangannya yang keliatan.

Panik bin kalang kabutlah gue saat itu. Ya bayangin aja temen lo yang baru lo liat beberapa detik sebelumnya, sekarang cuma tinggal kliatan tangannya doang.
Gue ga tau tuh setan apa yang mampir ke badan gue saat itu. Tanpa pikir panjang, badan gue melompat ke kali itu berniat menolong FURQON. Dan pas seluruh badan gue udah berada di air, gue baru sadar. GUE KAN GAK BISA BERENANG?! Hanyutlah kami berdua. Kepala gue yang sekali-sekali bisa muncul ke permukaan sayup2 mendengar teriakan-teriakan teman gue yang lain. Mereka berteriak-teriak sambil mengejar kami berdua di pinggir kali.
Bencana datang, gue ngeliat air terjun berada tak jauh lagi dari tempat gue lagi hanyut saat itu (ini pake majas hiperbola sih, tapi emang kayak air terjun gt. Tau kan di kali2 biasanya ada yang mirip2 air terjunnya)
Naluri gue sebagai manusia untuk mempertahankan hidupnya pun bangkit. Gue nyoba berenang kaya yang sering gue liat di TV-TV. Temen-temen gue yang lagi ngejar di pinggir kali pun mencoba membantu. Mereka menyodorkan semacam kayu panjang untuk gue raih. Tenaga gue udah hampir habis. Tapi gue inget kalo gue belom kawin. Munculah semangat api berkobar dalam raga gue sehingga tangan kiri gue bisa ngambil tuh kayu. Gue pun selamat.
Tapi setelah itu jantung gue berdegup keras. GIMANA FURQON? Dia masih dibelakang ketika gue ngambil kayu itu. Dan dengan bakat alami kiper yang gue miliki, secepat kilat gue sambar tangan FURQON dengan tangan kanan gue. FURQON pun dapat gue raih. Dan kalo gue telat sepersekian detik ketika itu, mungkin FURQON udah terjun bebas di air terjun yang dalam (oke. Ini lebay)
Kami berdua ditarik ke pinggir kali. Muka FURQON udah nggak karu-karuan. Matanya melotot. Badannya basah semua. Rambutnya udah lepek nutupin muka. Napasnya terengah-engah. Semua temen2 gue mengelilingi kami berdua kecuali 1 orang; SULI.

Ternyata pas FURQON menyandung tangannya, sendalnya ikut hanyut juga. Dan tanpa perasaan bersalah dia lebih memilih mengejar sendalnya daripada kami berdua (makasih sul. Bahagia gue temenan sama lo. Sumpah)
“kan malu di kereta kalo gue pake sendal sebelah doang”
itulah alasan yang dia berikan. Cukup logis. Tapi nusuk hatiiii..!!
pulanglah kami semua ke Depok dengan selamat. Tidak kurang 1 pun juga. Gue, FURQON dan SENDALNYA SULI dapat bernyanyi riang kembali seperti sedia kala.
Dan waktu jaman2 smp, ada temen gue yang ngasih tebak2an jayus:
“kalo nenek2 hanyut di sungai, keluarnya dimana hayo?”
“di hulu sungai!”
“di pinggir sungai!!”
dan apa jawabannya?
“munculnya di KORAN! Ahahahahaa (itu jayus. Sumpah)
dan setiap kali gue inget tebak2an itu, gue inget juga kalo gue dulu pernah HAMPIR MASUK KORAN..



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka Untuk Mas Admin @Hitsbiruhitam

Tersangka Kisruh Akang Batman