Cita-cita Mencipta Dunia Ryan



Pada tahun 2005, Steve Jobs diminta berpidato pada acara wisuda mahasiswa Stanford. Dalam kisahnya, dia menceritakan bagaimana dia melewati banyak hal sulit dalam hidup, seperti drop out dari kampus, keluar dari Apple (steve Jobs pernah dikeluarkan oleh perusahaannya sendiri, tetapi kemudian kembali), sampai pada akhirnya ia menjadi salah satu inovator pengubah dunia abad 20. Ternyata fase hidup sulit yang pernah ia jalani merupakan saat yang paling dia syukuri.

Saya jadi teringat teman baik sekaligus pelatih paduan suara saya, Daniel, pernah berkata: menjalani pilihan yang paling sulit, akhirnya akan menjadi kenangan yang termanis; Pun nasihat almarhum guru SMP saya: Pahit jangan cepat dibuang, siapa tau obat. Serta sebagian kecil teman di sekitar saya yang percaya bahwa saya adalah orang yang harus terus melawan dunia. Mungkin saya mesti bersyukur ditempatkan Tuhan pada lingkungan yang mendorong saya agar terus keluar dari zona nyaman.

Bagaimana dengan judul diatas? Apakah itu cita-cita? Jadi dokter kah? pilot? insinyur?

Sebenarnya saya bingung menentukan masa depan berdasarkan pencapaian-pencapaian. Kalau diingat, hidup saya sekarang sangat tidak sesuai dengan rencana yang saya buat sewaktu SMA dulu. Saya dulu ingin masuk Teknik Mesin UI, hanya karena teman sebagku saya ingin kuliah di Mesin ITB (sekarang dia benar-benar disana setelah setahun mengulang). Bahkan ketika kecil cita-cita saya jadi TNI, atau pemain bola hahaha. Kalau kamu juga pernah menulis “cita-cita saya” atau “rencana hidup” mungkin akan terlihat lucu kalau dilihat lagi.

Kenyataanya adalah saya kuliah di MIPA, jurusan Geografi. Sangat tidak sesuai dengan target saya sewaktu SMA. Bahkan tidak pernah saya bayangkan sedikit pun ketika itu. Apakah buruk? toh hidup saya masih berlangsung. Dunia belum kiamat. Saya tetap masih bisa bersyukur. Bahkan saya merasa apa yang telah saya capai sepertinya lebih membahagiakan daripada apabila rencana saya dulu berjalan sebagaimana semestinya. Walaupun, ini masalah persepsi, dan iman sih. Haha.

Evan Williams, pendiri Twitter, pernah berkata: follow the hunch, but never assume where to go. Awal dia membuat Twitter tujuannya adalah untuk membuat orang membagikan kisah keseharian hidup mereka dalam sebuah kalimat sederhana (Twitter adalah mini-blogger). Tetapi sekarang Twitter berkembang menjadi sarana komunikasi, pemasaran, bisnis, bahkan kampanye politik. Negara-negara seperti Mesir, Libia, dan Ukraina, terkena krisis pemerintahan yang berawal dari Twitter sebagai sarana penggerak massa. Evan menyarankan kita untuk mengikuti kata hati, tetapi jangan menebak atau memilih ujungnya sebagai apa.

Melanjutkan tentang pidato Steve Jobs diawal, Menurutnya, jalan untuk “bangkit” dari fase sulit tersebut yaitu: (1) harus percaya pada sesuatu yang bernilai dan ikuti kata hati; (2) Jangan kehilangan kepercayaan. Terus mencari, jangan diam; (3) Terus introspeksi diri, karena hidup kita sangat pendek. Ingat, suka tidak suka kita pasti akan mati.
(Pidato tersebut adalah salah satu speech-nya yang paling terkenal, yang ditutup dengan kalimat: Stay hungry, stay foolish. bisa dicari dengan keyword: steve jobs stanford commencement speech 2005).

Suatu ketika saya sangat menyadari hidup ini berawal dari sebuah penempatan nasib dalam rahim ibu mana anda lahir. Sesuatu yang tidak bisa anda rubah sama sekali. Lalu dimulailah perjalanan agama, ras, orientasi seks, cacat tubuh, kondisi ekonomi, kesempatan mendapatkan pendidikan, dan akses kesehatan diri anda. Tidak sekali saya menitiskan air mata hanya karena melihat kenyataan hidup orang lain, hidupnya terasa menyedihkan, atau lebih tepatnya yang saya rasa lebih menyedihkan daripada saya. Ada perbedaan/kesenjangan/ketidakadilan antara saya dan mereka.

Perbedaan tersebutlah yang lalu mendorong sebagian manusia untuk berfikir, dan menciptakan “Dunia Ideal” menurut versinya pribadi. Descrates, Socrates, Plato, Aristoteles, Siddharta, Yesus, Muhammad, Locke, Berkeley, Kant, Hegel, Marx, Freud, Adam Smith, Copernicus, Gallileo, Einstein, Hitler, dan sekian triliyun manusia lain yang pernah hidup di bumi, adalah para pembuat dunia tesebut. Dunia yang menjadikan dirinya sendiri sebagai pusat, pengatur, dan penikmat.

Yang saya dapatkan, sebenarnya cita-cita adalah (atau seharusnya) tentang menjadi suatu peran dimana anda dapat membuat “Dunia Ideal” anda terwujud!! Saya rasa ini penjelasan paling tepat. Banyak orang bijak bilang kalau cita-cita jangan mengejar harta, tapi menurut saya harta menjadi penting ketika Dunia Ideal tersebut hanya dapat tercipta bila kita memilikinya. Dua hal yang berbeda menurut saya.

bismillah: Menciptakan suatu lingkungan yang tidak memiliki kesenjangan sosial, dan masyarakat yang saling bertoleransi dalam setiap perbedaan (baik itu agama, ras, suku), itulah angan-angan saya. Dunia ideal saya. Dunianya Ryan Nugraha. Masyarakat yang madani dan sentosa. Keadaan yang sangat sulit untuk diwujudkan dalam cakupan wilayah yang luas, tapi selalu memiliki kemungkinan untuk diciptakan.

Sampai saat ini, kata hati saya masih mengarah untuk menciptakan lingkungan seperti itu. Apakah hal itu terlalu utopia bagi orang lain? Saya tidak peduli. Toh memang Dunia Ideal saya dan dia jelas-jelas berbeda.

Pada tahap ini, saya tidak lagi terlalu fokus pada step-per-step langkah yang telah saya rencanakan. Tidak lagi mengukur apa jabatannya, tapi apa yang bisa saya buat. Apa karya saya. Saya menjadikan “rencana hidup 5 tahun”, atau sejenisnya, hanya sebagai arah yang saya pilih dalam kabut perjalanan saya menuju Dunia Ryan. Dalam perjalanan tersebut, saya hanya harus terus mengikuti kata hati, terus mencoba hal-hal baru, mencari banyak sudut pandang, serta mencari sebanyak-banyaknya ilmu. Ini merupakan “barang bawaan” yang penting.

"Karena, yang terpenting adalah bukan untuk menjadi yang terbaik diantara banyak orang, tapi untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik dari diri kita sendiri", kata mentor saya, Mas Billy Boen dalam buku Rene Suhardono berjudul The #UltimateU.

Kehidupan itu akan selalu berjalan dinamis. Terus percaya pada nilai-nilai hati nurani, berani mengambil kesempatan yang secara random selalu muncul (walau diimbangi oleh tanggung jawab yang datang bersamaan dengannya), always do the best you can do, dan selalu mengingat bahwa hidup ini adalah tentang berbagi; saya rasa suatu waktu saya dapat mencapai sebuah titik paling bahagia dalam hidup saya, yaitu merasa layak dilahirkan ke dunia. Aamiin


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka Untuk Mas Admin @Hitsbiruhitam

Tersangka Kisruh Akang Batman

Hampir Aja Gue Masuk Koran