Tersangka Kisruh Akang Batman
Sebenarnya saya orang yang humble: maju diam-diam, mundur pun tanpa pesan. pun ketika semester kemarin saya dicurangi dianggap mengundurkan diri dari proses pencalonan sebagai Ketua BEM UI bersama @Hadimandi, saya tidak banyak berkoar. Saya legowo. Nerimo, tanpa bikin pesan video di YouTube untuk pendukung saya seantero kampus dan bilang keadaan di UI sedang dalam kondisi memprihatinkan.
Tapi untuk “Kisruh Akang Batman” kali ini mau tak mau saya harus bertindak. Bukan untuk mencoba menggulingkan Ketua BEM UI sekarang. Tidak, tidak. Saya bukan anggota Barisan Sakit Hati. Saya bukan tipe pendendam seperti itu. Kali ini saya bertindak karena melihat ada hal luar biasa absurd. Hal yang kurang pantas terjadi layaknya peristiwa mati lampu saat malam pengumuman Mapres UI selasa lalu.
Dalam screencapture grup Akang Batman yang menyebar, nama Raditya Pranadi dipampang jelas tanpa sensor. Ini jelas pencemaran nama baik di depan publik!! Nomor teleponnya pun ikut terpampang jelas, yang akan dengan sangat mudah dipakai oleh sang Mama untuk minta pulsa atau Papa yang kecelakaan lalu masuk UGD. Jelas ini mengganggu kinerja dan privasi Radit sebagai pejabat kampus. Terlebih Radit mewakili suara saya, mahasiswa FMIPA UI. Pun nama lain yang tidak ikut disensor, semisal Abiir M. Ismail. Dia kan anaknya Nur Mahmudi Ismail, Walikota Depok. Memangnya kalian selama ini ngekost di mana? Jonggol?
Saya sendiri kaget ketika timeline twitter tiba-tiba ramai kembali dan melihat nama Radit menjadi sutradara sekuel Batman ini. Saya kenal secara baik dengan Radit sedari maba. Radit ini orangnya santun, tidak neko-neko. Awalnya saya memang sempat berburuk sangka pada Radit. Tetapi setelah saya bisa berkhayal berfikir secara jelas, saya menemukan bahwa Radit ini layaknya Ariel Peterpan dalam kasus video masyhurnya beberapa tahun lalu.
Ariel ketika itu harus ditangkap dan dipenjara karena video nganunya disebar ke khalayak ramai. Ariel adalah korban, Radit pun korban. Siapa tersangkanya? Ada dua: otak dibalik settingan tersebut dan Si Penyebar.
Karena pastinya ada kepentingan yang diperjuangkan dalam setting-menyetting ini, pasti ada Sang Dalang. Saya tidak bilang ini tentang golongan. Alfath sendiri sudah menyangkal kalau ini menyangkut masalah golongan mereka. Golongan yang dengan segala cara telah berkerja keras sehingga selalu berkuasa di UI dari tahun ke tahun, generasi ke generasi. Tidak, saya tidak bilang itu golongan mereka. Mereka ini kan para Aktifis Dakwah Kampus. Saya yang dulu pernah ikut mentoring keagamaan wajib di Mipa taunya mereka anak baik-baik kok. Pasti ada ini satu dua orang jahat yang mengatur.
Maka perlu saya bilang Ini adalah tentang bocornya rancangan skenario yang sudah diskenariokan. Radit pun tidak bisa mengelak dari alur cerita. Persis Ariel yang tidak bisa mengelak ketika sudah masuk ruangan. Lelaki mana yang tidak khilaf melihat Luna Maya atau Cut Tari tak berbusana?
Tersangka kedua adalah Si Penyebar. Andaikan entitas Si Penyebar tidak ada di dunia, pasti kegiatan amandemen UUD IKM UI ini akan berjalan sebagaimana seharusnya. Lancar, damai, tentram. Bagai angin Laut Tirrenia yang bertiup pelan, bukan Badai Katrina seperti sekarang. Tetapi untuk rakyat jelata seperti kalian, keberadaan Si Penyebar ini mungkin dapat disebut pahlawan. Jomblo ngenes mana yang tidak berterima kasih dengan tersebarnya video-video Ariel? Saya pun jadi tau kalau Luna Maya ternyata punya tato kupu-kupu.
OH!! Mohon maaf. ternyata tersangkanya ada tiga: KITA! Ya kita. Aku, dirimu, dirinya, juga merupakan tersangka. Memang siapa yang bikin jadi ramai? Anak Gundar? Anak ITB? Maaf tidak konsisten. Tadi bilang dua, sekarang tiga. Yah mirip Anak-anak UI yang kemarin sempat nuntut Jokowi menghapuskan oligarki, tapi sekarang ketauan oligarki. maklum manusia memang tempat salah dan lupa.
Masalah skenario ini sebenarnya masalah kecil kawan. Kalian lah (mahasiswa tidak tahu apa-apa) yang membuatnya seperti terlihat besar. Terbukti beberapa grup media sosial di Mipa yang saya survei ternyata adem-adem saja, tanpa ada yang mencoba mengajak diskusi atau menelaah apa yang sedang terjadi. Saya yakin sebagian grup-grup angkatan di UI pun begitu, masih hanya ngobrol masalah tugas atau ngecengin 1-2 orang. Tidak penting juga kan ini UUD IKM UI yang cuma ngatur segala bentuk kedaulatan serta posisi berbagai lembaga di tingkat UI.
Lagipula pasti kalian kan pernah juga bikin-bikin skenario macam ini. Semisal pas ngerjain temen yang ulang tahun, atau ketika ospek maba. Pasti ada itu siapa kakak yang mendukung, kakak yang menjatuhkan, kakak yang netral. Biasa kan?
Apa pula itu orang-orang minta mereka semua turun. Kalian pikir gampang untuk jadi pejabat kampus seperti Ketua BEM, DPM, MWA? Selain harus mengumpulkan berbagai syarat seperti tanda tangan beserta nomor telepon mahasiswa seantero UI, fulus juga perlu tokcer. Enak saja sudah investasi mahal, masa cuma nangkring setengah tahun. Lagian pejabat yang ketauan salah terus mengundurkan diri dari jabatannya hanya terjadi di negara-negara maju seperti Jepang dan Korea. Untuk negara berkembang seperti kita tidak perlu lah. Itu budaya asing.
Yah sebagai mantan gagal calon ketua BEM UI, tidak etis rasanya apabila saya tidak memberikan solusi cerdas untuk menengahi masalah kecil ini. Agar pula sikap saya yang kritis dan bijak ini dapat ditiru nantinya oleh dedek-dedek di kampus. Berikut adalah solusi yang saya tawarkan:
- Menempatkan kalangan militer dalam sidang FORMA. Persis seperti solusi Dekan FISIP yang mengganti beberapa satpam dengan anggota militer. Semua selesai ketika militer sudah ikut terlibat. Kita hanya mahasiswa bro. Ini kan solusi dari dekan. Ingat lho, untuk jadi dekan minimal S3. Kalian ngurus draft skripsi saja masih revisi terus tho.
- Menempatkan kak Shabrina Aulia sebagai Presidium FORMA. Buat kalian yang tidak tahu, Kak Shabrina ini masih menjadi pemegang likes terbanyak di akun @anakuicantik (yang telah ganti nama jadi @ui.cantik, Mblo). Anak FK yang terlihat sangat ramah dengan senyum luar biasa manis ini sekiranya mampu membuat suasana forum menjadi kekeluargaan. Denger-denger juga sekarang kak Shabrina sudah pakai kerudung. Ah, Kakak makin membuat ikhwan macam saya ini ingin segera mengirim proposal ta’aruf saja Kak.
- Lupakan. Persis seperti kasus-kasus kecil lainnya di UI, hanya lupakan. Mudah, jelas, tanpa ada usaha.
Terakhir, terkhusus untuk adik-adik unyu nan lugu yang bonceng tiga di Boulevard masih giat meninggikan nilai IPK, ingat ini tidak berpengaruh apa-apa terhadap kelulusan anda. Tetaplah ngepost foto-foto cantik sok candid di Instagram agar jomblo-jomblo UI punya harapan mengejar anda. Aware, apalagi peduli, terhadap masalah-masalah seperti ini hanya menyusahkan sebagian kelompok orang yang ingin mengatur UI menurut kepentingan mereka saja. Kita kan negara demokrasi, susah juga kalau semua mahasiswa cerdas dan kritis. Nanti yang dibodohi siapa?
I love you Ryan!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus